Seorang wanita cantik asal Inggris, Ghoncheh Ghavami ditangkap dan dipenjarakan selama 2 bulan di Iran. Ia dianggap melanggar hukum, karena menonton pertandingan voli pria antara Iran lawan Italia pada 20 Juni 2014 lalu.
Penahanan Ghoncheh bermula ketika ia bersama sejumlah wanita lainnya pergi ke Stadion Azadi, yang memiliki arti "kebebasan". Maksud kedatangannya adalah untuk memprotes peraturan di Iran yang melarang wanita menonton pertandingan olahraga pria -- aturan yang berlaku sejak Revolusi Islam pada 1979.
Ghoncheh yang juga berwarganegara Iran awalnya sempat ditahan tetapi segera dilepaskan. Namun ketika kembali mengambil barang-barangnya, wanita yang mengambil ilmu hukum di London ini kembali ditahan.
Kini, Ghoncheh telah menghabiskan 41 hari masa tahanan di Penjara Evin Teheran. Kakaknya, Imam Ghavami mengatakan bahwa sang adik menangis selama berada di tahanan.
"Keluarga kami sedih atas penahanan itu. Hati kami terkoyak, bukan hanya orang tua tapi juga kakek-nenek, paman dan semua orang," kata Ghavami kepada ITV News, seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (11/9/2014).
Kepala polisi Iran Esmail Ahmadi Moghadam menegaskan bahwa penangkapan yang dilakukan telah sesuai dengan hukum.
"Dalam kasus ini, pencampuran pria dan wanita di stadion bukan untuk kepentingan umum. Peraturan yang telah ditetapkan ulama dan pemimpin tertinggi tidak berubah," jelas Esmail.
"Sebagai penegak hukum, kami tidak bisa membiarkan perempuan memasuki stadion," tegas Esmail.
Bersimpati
Penangkapan Ghoncheh membuat masyarakat bersimpati. Kampanye media sosial pun bermunculan mendesak aparat Iran untuk melepaskan wanita berusia 25 tahun itu.
Sebuah halaman Facebook yang diberi nama 'Free Ghoncheh Ghavami' telah mengumpulkan lebih dari 9.000 likes. Beramai-ramai netizen juga menambahkan hastag#FreeGhonchehGhavami dalam postingan di Twitter.
"Saya salut dengan keberanian anda (Ghoncheh), saya berdoa semoga mereka segera membebaskan anda. Apa yang anda lakukan telah membuat perbedaan dalam meningkatkan kesadaran akan penderitaan perempuan di Iran," tulis seorang netizen, AnneMarie Huenink, seperti dikutip dari New York Daily News.
Kementerian Luar Negeri Inggris telah mengetahui penahanan Ghoncheh di Iran, namun mereka mengaku tidak dapat berbuat banyak lantaran kedua negara tidak memiliki hubungan diplomatik.
"Kami sangat khawatir dengan keadaan Ghoncheh. Ia ditahan di sel selama lebih dari satu bulan di Evin Teheran, penjara yang berada di bawah kendali negara Garda Revolusi," ungkap juru bicara Amnesty International Inggris, Neil Durkin.
"Pengacaranya tidak memiliki akses untuk bertemu dengannya atau mempelajari dokumen alasan ia ditahan. Meskipun kami memahami bahwa ia ditahan karena mencoba melakukan propaganda melawan negara (Iran), namun Ghoncheh melakukannya dengan hati nurani dan harus segera dibebaskan," tutup Neil. (Imelia Pebreyanti/Ein)