Lumpur panas masih menyembur dari lokasi pengeboran panas bumi PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Lahendong, di Kelurahan Tondangow, Kecamatan Tomohon Selatan, Provinsi Sulawesi Utara hingga hari ini. Walau tidak beracun, masyarakat tetap saja khawatir, sebab, areal pertanian mereka rusak akibat semburan lumpur itu.
Pantauan di lokasi semburan lumpur, pihak PT PGE secara ketat menghalangi setiap warga yang hendak masuk dan mendekat ke wilayah itu. Tak hanya itu, garis polisi juga dibentangkan. Padahal perkebunan warga juga terletak di wilayah itu.
"Sejak kasus semburan lumpur ini mencuat pada pertengahan Desember 2015, sangat menyita perhatian warga setempat dan juga dari wilayah Sulawesi Utara lainnya. Akhirnya, sejak 3 Januari, kami dilarang lagi masuk," ujar warga Kelurahan Tondangow, Weddy Ch Pongoh, Rabu 6 Januari 2016.
Sementara itu, dari 5 lokasi semburan lumpur panas tersebut, 3 di antaranya masih mengeluarkan letupan-letupan lumpur yang menghantam pepohonan dan lahan di sekitarnya.
"Warga tidak bisa bikin apa-apa. Karena itu kami ingin pemerintah segera bertindak cepat. Yang hanya bisa kami lakukan saat ini hanya menunggu dalam kecemasan," ujar Weddy.
Dampak dari semburan lumpur itu tak hanya mencemaskan warga Kelurahan Tondangow, melainkan juga masyarakat di Desa Leilem, Kecamatan Sonder, Kabupaten Minahasa. Apalagi warga desa yang berada di bawah lokasi pengeboran panas bumi mengeluhkan tercemarnya sumur-sumur mereka.
"Sejumlah sumur milik warga Leilem ikut mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan, diduga akibat sungai yang ada telah terkontaminasi dengan lumpur panas yang berasal dari semburan lumpur di Tondangow," ujar Ronni Sepang, warga setempat.
Lokasi pengeboran panas bumi di Kelurahan Tondangow, Kecamatan Tomohon Selatan, Sulawesi Utara (Liputan6.com/ Yoseph Ikanubun)
Tidak Beracun
Kepala Humas PT PGE Lahendong Dimas Wibisono saat dikonfirmasi mengakui, semburan lumbur dari beberapa titik di lokasi pengeboran panas bumi masih terjadi.
"Untuk itu kami memang menutup akses ke lokasi semburan. Jangan sampai warga terkena dampak," ujar Dimas.
Meski demikian, Dimas tetap memberikan jaminan bahwa lumpur itu tidak beracun dan tidak ada korelasi langsung antara pekerjaan pengeboran yang dilakukan pihaknya dengan semburan lumpur di lokasi itu.
"Kami sudah memeriksa kondisi pipa baja, bahkan hingga kedalaman 1600 meter. Hasilnya memang tidak ada kebocoran pipa," ujar Dimas.
Ditanya soal pengkajian lebih lanjut akibat semburan lumpur itu, dia mengatakan, dari pihak Pemprov Sulawesi Utara akan mendatangkan tim ahli dari Universitas Gadah Madah (UGM) untuk melakukan penelitian.
Sumber: http://news.liputan6.com/read/2406037/semburan-mirip-lumpur-lapindo-masih-terjadi-di-tomohon