Traveling adalah cara untuk melatih jiwa sosial. Jika traveling ke Kota Lima di Peru, kita bisa melihat tembok pemisah si kaya dan si miskin yang membuat hati miris.
Apa jadinya jika hidup orang kaya dan orang miskin dipisahkan? Ini sungguhan nyata di Peru. Ada tembok sepanjang 10 km yang memisahkan wilayah si kaya dan si miskin di Lima, ibukota Peru.
Beberapa media internasional, seperti Reuters, BBC dan Daily Mail di akhir tahun 2015 kemarin ramai-ramai memberitakan tentang tembok yang dijuluki 'Wall of Shame'. Dirangkum detikTravel dari berbagai sumber, Senin (4/1/2016) tembok terssebut memisahkan dua wilayah di Kota Lima, yakni wilayah San Juan de Miraflores dan Surco.
Wilayah San Juan de Miraflores adalah tempat tinggalnya orang kaya. Perumahan di sana tertata rapi, bertingkat dan mewah. Di wilayah Surco sebaliknya, kumuh, penuh sampah dan gersang. Tempat tinggal si miskin.
Temboknya membentang 10 km dan punya tinggi 3 meter. Di bagian atasnya terdapat kawat berduri yang membuat orang sulit untuk menyeberanginya. Julukan lainnya adalah Tembok Berlin dari Kota Lima. Mengapa bisa ada tembok seperti ini?
Usut punya usut, pembangunan 'Wall of Shame' diprakasai oleh orang-orang kaya di San Juan de Miraflores. Tujuannya cuma satu, supaya orang-orang miskin tidak mencuri harta benda dan berbuat kriminalitas di wilayah orang-orang kaya.
Bicara soal kriminalitas, angka kriminalitas di Kota Lima memang tergolong tinggi. 30 % Dari 30 juta pendduduknya, pernah menjadi korban kejahatan. Maka tak heran, jika orang-orang kaya di San Juan de Miraflores membangun tembok demi keamanan mereka.
Salah satu tingginya angka kriminalitas di Peru adalah karena faktor ekonomi. Khususnya bagi penduduk yang ekonominya lemah, mereka tidak mendapat perhatian dari pemerintah. Jangankan untuk pendidikan dan kesehatan, harga air di Kota Lima saja sangat mahal!
Lydia Sevillano, salah satu penduduk dari wilayah Surco menyebutkan, harga satu tangki air sebesar 80 Sol atau sekitar Rp 324 ribu. Kalau sedang musim kering, bisa tiga kali lipat. Asal tahu saja, Kota Lima sendiri merupakan salah satu tempat terkering di dunia yang jarang hujan.
Oxfam International, suatu lembaga kemanusiaan mengungkapkan fakta mengejutkan. Orang miskin di Kota Lima membayar sepuluh kali lipat untuk air dibanding orang kaya. Itu baru harga air, belum harga-harga lainnya.
Kembali ke 'Wall of Shame', sudah banyak lembaga-lembaga kemanusiaan atau organisasi yang meminta untuk tembok pemisah si kaya dan si miskin itu dirubuhkan. Bahkan, masyarakat Surco sendiri sudah beberapa kali melayangkan pesan tersebut kepada pemerintah.
Di sekitar tanggal 22 Desember 2015 kemarin, beberapa masyarakat Surco berunjuk rasa dengan cara yang unik. Dibantu oleh aktivis-aktivis sosial, mereka melukis temboknya dengan berbagai warna dan gambar. Tak ketinggalan, tulisan-tulisan penuh kritikan seperti yang satu ini 'My country is yours, my country is mine, my country is everybody's'.
Lucunya, mereka juga menggambar suasana yang hijau dan damai. Seolah sindiran, kalau orang-orang miskin juga bisa hidup bahagia dan tidak semuanya melakukan kejahatan.
Hingga kini, hujatan dan seruan untuk merubuhkan tembok pemisah si kaya dan si miskin terus berlanjut. Walau tujuannya agar mencegah kejahatan, tapi sesuai namanya, 'Wall of Shame' dianggap sebuah aib yang tidak berperikemanusian. (sst/sst)
Sumber: http://travel.detik.com/read/2016/01/04/071757/3109699/1520/miris-tembok-pemisah-si-kaya--si-miskin-di-peru