Selain Resiko Kesehatan Fisik, Aborsi Juga Dapat Sebabkan Gangguan Psikologis

Selain Resiko Kesehatan Fisik, Aborsi Juga Dapat Sebabkan Gangguan Psikologis

Akibat pergaulan bebas memang selalu menjadi topik perbincangan serius dikalangan ahli sampai orang tua.Salah satu akibat yang paling umum adalah terjadinya hamil diluar nikah.Kehamilan yang tidak dikehendaki pasangan diluar nikah bisa membuat mereka akan merasa akan terhambat dan ketakutan.Macam macam alasannya,misalnya karena takut menanggung malu akan di olok olok oleh lingkungan disekitar.Hal ini juga karena  masih banyak para orang tua yang mendapati akibat dari perbuatan anak anaknya ini akan menganggapnya sebagai aib keluarga.


Namun,rupanya Jalan pintas yang dijadikan penyelesaian terhadap masalah ini yang sebenarnya tidak akan pernah menyelesaikan masalah malah justru seringkali menjadi pilihan.Ya,aborsi ,sebuah jalan pintas untuk menggugurkan kandungan secara paksa yang akan diancam dengan hukuman pidana.

Resiko resiko tinggi akibat aborsi


Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”.

Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.

Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi: 
1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik 
2. Resiko gangguan psikologis 

1.Resiko kesehatan dan keselamatan fisik

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:

1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat 
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal 
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan 
4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation) 
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada 
anak berikutnya 
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita) 
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer) 
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer) 
9. Kanker hati (Liver Cancer) 
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat 
pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya 
11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy) 
12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease) 
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis) 

2.Resiko kesehatan mental

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. 
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini: 

1. Kehilangan harga diri (82%) 
2. Berteriak-teriak histeris (51%) 
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%) 
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%) 
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%) 
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%) 
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.