Hati-hati, ternyata kebiasaan mendengkur dapat meningkatkan resiko pasangan Anda terkena stroke. Hal ini didapat dari sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas Surrey, Inggris.
Mendengkur sebenarnya merupakan keadaan yang terjadi akibat terhalangnya aliran udara dari mulut ke hidung. Suara dengkuran adalah suara yang dihasilkan dari getaran jaringan mulut, hidung, dan kerongkongan. Mendengkur juga bisa merupakan gejala dari apnea tidur, kondisi serius akibat gangguan tidur dimana seseorang menjadi kesulitan bernafas bahkan dapat berhenti bernafas selama lebih dari 10 detik saat ia tertidur.
Mendengkur tak hanya dapat mengganggu kualitas orang yang mendengkur saja, namun juga dapat menganggu kualitas tidur pasangan yang ada di sebelahnya. Saat seseorang tidur bersama orang yang memiliki kebiasaan mendengkur, maka waktu tidurnya akan menjadi lebih pendek karena ia harus kehilangan waktu tidur rata-rata satu jam per hari. Penyebabnya, karena ia harus sering terbangun akibat suara dengkuran pasangan yang tidur sebelahnya. Tak hanya menjadi sering terbangun, bahkan terkadang membuat tidak bisa tidur kembali akibat suara dengkuran yang sangat mengganggu.
Bila hal ini dibiarkan terus, apa akibat yang mungkin terjadi? Baik si pendengkur maupun pasangan yang ada di dekat pendengkur akan mengalami kelelahan di pagi hari karena tidak cukup tidur dan lama-kelamaan hal tersebut dapat mengganggu kualitas kesehatan keduanya. Badan menjadi tidak fit dan segar, sering merasa ngantuk, kinerja otak pun juga akan terganggu karena pada dasarnya tidur sangat bermanfaat untuk otak. Berbagai studi kesehatan juga membuktikan bahwa kurang tidur juga berakibat dapat mengganggu berat badan seseorang, meningkatkan resiko penyakit jantung, stroke dan darah tinggi.
Lebih dari seperti orang di dunia ini ternyata memiliki kebiasaan mendengkur. Dan yang paling banyak mendengkur biasanya adalah kaum laki-laki. Sayangnya, kebanyakan pria pendengkur tidak menyadari bahwa mendengkur itu sangatlah mengganggu. Mereka justru beranggapan bahwa mendengkur merupakan hal yang alamiah dan sebenarnya mereka pun tidak menginginkan hal tersebut. Seharusnya, orang yang memiliki kebiasaan buruk mendengkur menyadari efek negatif bahwa mendengkur juga berdampak tidak baik pada pasangan yang tidur di sebelahnya. Pendengkur juga harus berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi (menghilangkan) kebiasaan mendengkurnya.
Bagaimana upaya untuk mengurangi dan menghilangkan kebiasaan mendengkur?
Supaya tidur tidak mendengkur, para ahli kesehatan menyarankan agar orang yang memiliki kebiasaan mendengkur mengubah pola hidupnya, dan menghilangkan faktor-faktor pemicunya. Misalnya, olah raga untuk menurunkan berat badan karena overweight (kelebihan berat badan) dapat semakin memperparah kebiasaan mendengkur. Selain itu, seseorang yang punya kebiasaan mendengkur juga perlu mengurangi konsumsi alkohol khususnya sebelum tidur, menghindari tidur dengan posisi terlentang (sebaiknya pendengkur tidur dalam posisi berbaring ke samping untuk mengurangi dengkuran), dan pada beberapa kasus bisa dilakukan operasi bila memang diperlukan.
Cara lainnya adalah memperpanjang selang waktu antara makan malam dengan waktu tidur. Semakin dekat, maka kemungkinan untuk mendengkur akan semakin besar. Selang waktu ideal antara makan malam dengan waktu tidur adalah minimal 4 jam.