Kegagalan ASI Eksklusif banyak disebabkan oleh kurangnya informasi dan pengetahuan di kalangan para ibu. Akibatnya, banyak yang panik saat ASI tidak keluar di hari-hari pertamanya menjadi ibu dan langsung beralih ke susu formula.
"Padahal, ASI tidak lancar sampai 2-3 hari pertama itu normal. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," kata dr Melanie Yudiana Iskandar, SpA dari RS Bunda, ditemui dalam Perayaan 30 Tahun Philips Avent di Plaza Bapindo Jakarta Selatan, Jumat (17/10/2014).
Kepanikan saat ASI tidak lancar, atau bahkan tidak keluar, kadang muncul karena bayi menangis. Biasanya, para ibu yang panik akan segera menyimpulkan bahwa si bayi sedang lapar. Karena ASI tidak lancar, pilihannya lantas jatuh ke susu formula.
Padahal menurut dr Melanie, bayi menangis bisa disebabkan oleh banyak hal. Tidak selalu karena lapar, bisa saja karena hal lain terutama popok yang lembab atau basah. Bisa juga, bayi menangis sekadar karena ingin digendong.
Agar para ibu tidak mudah panik menghadapi situasi seperti itu, dr Melanie menekankankan pentingnya konseling laktasi atau menyusui. Bahkan, konseling perlu dimulai jauh-jauh hari sebelum si bayi lahir.
"Hamil 6 bulan sebaiknya sudah mulai ada konseling laktasi," saran dr Melanie.
Keberhasilan ASI Eksklusif di Indonesia terbilang masih rendah. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, tingkat pemberian ASI Eksklusif baru mencapai 38 persen. Kurangnya fasilitas di tempat kerja menjadi salah satu kendala dalam menyukseskan ASI Eksklusif di kalangan ibu bekerja atau working mom.
(up/vta)
Sumber: http://www.artikel-menarik.com/2014/10/saran-dokter-konseling-asi-sudah-harus.html