Pemberian ASI yang
tidak disertai dengan MPASI bergizi cukup akan membuat tumbuh kembang Si
Kecil menjadi tidak optimal. Dalam hal ini, memanfaatkan bahan pangan
organik sebagai bahan dasar MPASI bisa menjadi alternatif lain. Bahan
pangan organik dinilai memiliki banyak keunggulan dibandingkan bahan
pangan reguler.
Menurut Dr. dr. Saptawati Bardosono,
M.Sc., Pakar Gizi Medik Indonesian Nutrition Association dan Staf
Akademik Departemen Ilmu Gizi FKUI RSCM, kandungan zat gizi pada bahan
pangan organik lebih tinggi dibandingkan dengan bahan pangan reguler.
Begitu pula dengan kandungan gulanya sehingga tidak membutuhkan
penambahan gula dalam proses pengolahannya. Selain itu, sayur dan buah
organik memiliki kandungan antioksidan dan polifenol yang lebih tinggi
10-50% dibandingkan dengan sayur dan buah reguler.
Dalam tahap produksi bahan pangan
organik, sistem pertanian organik merupakan faktor penting yang perlu
mendapatkan perhatian khusus karena tujuannya adalah untuk menjaga
ketersediaan nutrisi dalam tanah. Mengacu pada prinsip tersebut, sistem
pertanian organik berlawanan dengan prinsip pertanian konvensional yang
lebih mengutamakan hasil pertanian tanpa memperhatikan kelangsungan
jangka panjang dari kondisi lahan pertanian itu sendiri.
Oleh karena itu, sistem pertanian
organik menuntut banyak persyaratan, antara lain penggunaan pupuk dan
bahan kimia lain yang tidak boleh digunakan, atau digunakan namun dalam
batas tertentu.
Meski demikian, bukan berarti semua
produk organik sesuai dengan kebutuhan nutrisi Si Kecil. Pemilihan bahan
pangan organik untuk bayi tetap harus dilakukan dengan cermat, agar
dapat memenuhi Angka Kecukupan Gizi harian Si Kecil.
Bagaimanakah standar MPASI organik yang aman untuk Si Kecil, terutama MPASI organik kemasan?
MPASI organik kemasan yang baik haruslah
yang terbuat dari bahan-bahan organik yang telah disertifikasi secara
resmi oleh BPOM, mengandung makronutrien (protein, karbohidrat dan
lemak), serta mikronutrien (12 vitamin dan 8 mineral) yang diperlukan Si
Kecil untuk tumbuh kembang optimalnya. Proses pembuatannya juga harus
sesuai dengan standar, yakni dengan proses sterilisasi untuk menurunkan
kadar air dalam produk, sehingga produk tetap steril dan tidak
memungkinkan bakteri dan mikroba untuk hidup.