Penyakit maag sering dikaitkan dengan kondisi ‘banyak pikiran’ dan ‘stres’. Kondisi-kondisi tersebut dirasakan sering menjadi pencetus penyakit maag. Hubungan antara stres dan penyakit maag sudah banyak dibahas. Ketika kita sedang stres, kita tidak jarang mengalami nyeri ulu hati, kram perut, atau gangguan buang air besar. Tetapi apakah benar stres dapat memicu penyakit maag?
Pada kenyataannya, stres secara emosional mempunyai peranan dalam mencetuskan penyakit maag. Dalam keadaan stres emosional, penyakit maag bisa muncul atau dirasakan semakin memburuk. Selain stres emosional, terdapat juga stres akibat adanya penyakit lain di dalam tubuh. Stres akibat adanya penyakit lain juga bisa menjadi penyebab terjadinya penyakit maag, bahkan bisa berujung pada terjadinya tukak/perlukaan pada lambung. Agar lebih jelas, berikut penjabarannya.
- Stres psikologis dan fisik
Istilah stres biasanya mengacu pada kondisi tidak nyaman, tertekan, atau kecewa akan sesuatu. Stres jenis ini merupakan stres emosional/mental yang biasanya menyebabkan kecemasan berlebihan. Istilah lain yang digunakan untuk menjelaskan stres emosional/mental adalah stres psikologis. Selain itu, stres yang disebabkan oleh aktivitas fisik yang berlebihan disebut dengan stres fisik. Kondisi stres psikologis ataupun stres fisik biasanya diikuti dengan adanya perubahan gaya hidup seperti: mengonsumsi alkohol dan obat-obatan, merokok terus menerus, dan ketidakteraturan waktu makan. Gaya hidup akibat stres psikologis tersebut dapat menyebabkan penyakit menjadi semakin parah.
- Stres akibat penyakit berat
Ada juga suatu bentuk lain dari stres yang juga memberikan efek pada tubuh. Stres dapat muncul apabila seseorang menderita penyakit berat yang membutuhkan perawatan khusus, seperti luka bakar luas, setelah operasi besar, perdarahan hebat, dan komplikasi gagal organ. Penyakit lain ini akan menyebabkan stres pada tubuh sehingga mengurangi aliran darah kedalam dinding lambung. Akibatnya, ada bagian lambung yang kekurangan pasokan darah sehingga terjadi kerusakan pada dinding lambung. Penyakit-penyakit tersebut apabila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan stres tubuh yang berkepanjangan dan dapat berujung pada kematian.
Cara Mengatasi Stres Psikologis
Dalam jangka pendek, stres psikologis yang memperburuk penyakit maag dapat ditangani dengan memberikan obat-obatan yang dapat mengurangi kadar keasaman lambung seperti obat maag golongan antasida, penghambat reseptor histamin-2, atau Proton Pump Inhibitor (PPI). Setelah itu, baru direncanakan untuk melakukan terapi jangka panjang agar gejala sakit maag tidak terulang atau semakin parah. Kuncinya adalah tata laksana stres. Selain itu, perubahan gaya hidup akibat stres seperti mengonsumsi alkohol, obat-obatan, dan merokok juga harus dicegah. Kemudian, perhatikan juga keteraturan waktu makan agar sakit maag tidak terjadi.