Hari masih sore, seorang ibu muda terlihat sibuk menyapu halaman rumah yang berserakan dedaunan kering. Dengan senyum dia mempersilakan kami masuk ke dalam rumah sederhananya di Bulusan, Kalipuro, Banyuwangi.
Ketika masuk ke dalam rumah, di atas jejeran kursi panjang, seorang balita kecil penderita penyakit Hydrocephalus terbujur berselimut tanpa ekspresi.
Balita ini adalah Hadiah Ristu Angelia (5), putri semata wayang dari ibu bernama Hartatik (29). Balita bertubuh ringkih yang akrab dipanggil Diah ini tak bisa melakukan aktivitas apapun. Diah menderita penyakit Hydrocephalus yang sudah mencapai stadium akhir. Cairan di dalam otak balita ini terlihat memenuhi seluruh tempurung kepalanya.
"Jika diukur, lingkar kepalanya sekarang 9 jengkal. Kalau diukur dari dagu ini panjangnya 1 jengkal," kata Hartatik kepada detikcom sambil membubuhkan jengkalan tangannya melingkari kepala Diah yang berada di pangkuannya, Rabu (30/12/2015).
Hartatik saat ini menjadi orang tua tunggal bagi Diah. Sejak Diah berusia 5 bulan, Ayahnya bernama Ristu Nur Hariyadi sudah meninggal dunia.
Praktis untuk kebutuhan sehari-hari serta perawatan kesehatan, mereka bergantung pada sang nenek, Ponijah (55) yang bermata pencaharian sebagai tukang pijat keliling. Hartatik sengaja tidak bekerja karena ia harus merawat serta menyiapkan kebutuhan keseharian dari putrinya.
Semangkuk bubur bercampur wortel, Hartatik siapkan di meja. Di pangkuannya, Diah disuapinya dengan perlahan. Suapan demi suapan Diah telan perlahan.
Air matanya tak pernah kering dari pipi Diah, di ubun-ubun kepalanya masih terlihat jelas ada bekas luka akibat infus saat opname kelahirannya 5 tahun lalu. Sebuah pemandangan yang haru melihat perjuangan seorang ibu tunggal yang tetap belajar tegar menjalani episode hidup.
"Diah kondisinya bisa begini ini saya sudah Alhamdulillah, bersyukur. Bisa makan, duduk, lingkar kepalanya ini agak kecil lho mbak," kata Hartatik sambil menyuapi Diah.
Lalu, apakah Diah sudah pernah berobat secara medis? Hartatik dengan tegas menyatakan jika ia pernah memeriksakan putrinya pada salah satu dokter spesialis anak di Banyuwangi.
Saat itu dokter menyarankan untuk dirujuk ke Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya dan menjalani operasi untuk menyedot cairan di dalam otaknya. Namun saran itu tidak dilaksanakan karena terbentur biaya yang tinggi.
"Sudah pernah disarankan operasi tapi saat itu tidak ada biaya dan resiko tinggi hasil operasi yang kami juga belum siap hasilnya," cerita Hartatik.
Tak putus asa, Hartatik tetap memberikan perawatan alternatif kesehatan pada putrinya. Ia tetap mempercayakan perawatan kesehatan Diah kepada seorang dokter namun dengan penanganan ramuan herbal.
Tapi lagi-lagi kendala biaya pengobatan tinggi memaksa sang ibu tunggal ini merawat anaknya dengan segala keterbatasan.
"Tetap ditangani dokter tapi tetap saja obatnya mahal, tidak bisa maksimal karena masalah biaya yang tinggi. Jadi diobati semampu kami," kata Hartatik.
(fdn/fdn)
Sumber: http://news.detik.com/berita/3107932/balita-penderita-hydrocephalus-di-banyuwangi-ini-butuh-pertolongan-medis