Mari Ketahui Manfaat Dan Efek Samping Dari Terapi Chiropractic

Terapi chiropractic merupakan terapi yang melakukan manipulasi dan mobilisasi dari tulang belakang. Terapi ini mungkin belum didengar secara umum di Indonesia sebelum ada kasus yang menewaskan pasien chiropractic belakangan ini. Namun di Amerika dan Australia, terapi chiropractic merupakan terapi alternatif yang paling banyak digunakan di dalam dunia kesehatan.
Terapi chiropractic sering digunakan untuk beberapa keluhan seperti sakit leher, nyeri punggung, nyeri tulang belakang, bahkan pada keluhan pencernaan seperti asam lambung meningkat, rasa tidak nyaman di leher akibat asam lambung yang naik, nyeri kolik pencernaan, dan lainnya.
Menurut literatur, rekomendasi penggunaaan terapi chiropractic berbeda-beda untuk tiap keluhan. Dalam mengatasi nyeri, terapi chiropractic masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan efek positif dari terapi chiropractic tersebut. Sedangkan untuk keluhan pencernaan, terapi chiropractic boleh digunakan sebagai terapi tambahan apabila tidak ada keluhan medis lain yang menyertai pada pasien yang sama.
Mari Ketahui Manfaat Dan Efek Samping Dari Terapi Chiropractic

Lalu, apakah terapi chiropractic ini aman untuk digunakan? Terapi chiropractic seringkali dipertanyakan keamanannya. Penelitian Sensted pada tahun 1996 dan Hurwitz menyebutkan bahwa setengah dari total pasien pada penelitiannya mengalami satu kejadian efek samping setelah menjalani 6 kali terapi chiropractic. Efek samping yang paling sering dikeluhkan yaitu:
  • Rasa tidak nyaman di area terapi, merupakan keluhan yang paling terjadi
  • Sakit kepala
  • Rasa lelah
  • Rasa tidak nyaman yang menjalar, misalnya ke bahu dan ke lengan
  • Kaku pada leher
Keluhan efek samping setelah terapi yang dirasakan mulai dari tingkatan ringan sampai dengan tingkatan sedang. Selain efek samping yang disebutkan di atas, efek samping berat juga dapat terjadi. Efek samping berat yang dapat terjadi diantaranya adalah stroke, fraktur (patah tulang), dislokasi (kelainan pada tulang belakang dimana satu atau lebih tulang belakang tidak pada posisi seharusnya), dan cedera lempeng tulang belakang.
Di Indonesia, belum ada kebijakan pemerintah yang mengatur bagaimana terapi chiropractic ini terhadap kesehatan. Menurut literatur, praktisi chiropractic yang menjalankan praktek kesehatan ini, baik dokter maupun bukan dokter, harus tetap mengedepankan terapi berbasis bukti penelitian yang ilmiah (Evidence BasedMedicine) dan mengerti benar pemahaman yang mendasar dari patofisiologi yang mendasari konsep dan praktek chiropractic